DAFTAR
ISI
Daftar Isi ···························································································· i
BAB I Pendahuluan ·············································································· 1
a. Latar Belakang ··········································································· 1
b. Rumusan Masalah ······································································· 1
c. Tujuan Makalah ·········································································· 1
BAB II Pembahasan
············································································· 2
a. Pengertian Objek Psikologi Dakwah ················································ 2
b. Objek Pembahasan dalam Psikologi Dakwah ····································· 2
c. Ruang Lingkup Psikologi Dakwah ·················································· 5
d. Pusat Perhatian Psikologi Dakwah ··················································· 6
e. Pendekatan Psikologi Dakwah ······················································· 6
BAB III Penutup ·················································································· 9
a. Kesimpulan ··············································································· 9
b. Saran ······················································································· 9
Daftar Pustaka ····················································································· 10
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dimasa sekarang banyak sekali torehan
atau gambaran manusia yang ada dimuka bumi ini dan bermacam-macam perilaku
mereka yang mana, di psikologi dakwah kita membahas tenteng objeknya. Dan objek
dari psikologi dakwah itu sendiri adalah manusia dengan segala sikap tingkah
lakunya yang berkaitan dengan aktivitas dakwah.
Jika dilihat dari Psikologis, dari masing-masing
golongan atau sudut pandangan, memiliki karakteristik yang berbeda-beda, sesuai
dengan kondisi dan kontekstialitas lingkunganya. Sehingga hal tersebut menuntut
kepada sistem dan metode pendekatan dakwah yang afektif dan efesien, mengingat
dakwah adalah penyampai ajaran agama sebagai pedoman hidup yang universall,
rasional, dan didamis.
B.
Rumusan Masalah
Apa itu objek pembahasan dalam Psikologi
dakwah?
C.
Tujuan Makalah
Untuk mengetahui objek dakwah dalam
Psikologi Dakwah!
BAB
II
PEMBAHASAN
a.
Pengertian
Psikologi Dakwah
Sebelum kita membahas apa itu psikologi dakwah, kita
uraikan terlebih dahulu apa itu psikologi dan apa itu dakwah. Menurut Prof. H.
M. Arifin, Ed. Didalam bukunya Psikologi Dakwah suatu pengantar studi, ia
mengatakan bahwa pendapat Floyd L. Ruch, seorang sarjana Amerika Serikat
menyatakan bahwa Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang membahas tentang proses
penyesuaian diri manusia yang berupa tingkah laku yang berusaha memenuhi
kebutuhan baik biologis maupun kebutuhan hidup sosialnya. (Arifin.2000. Hal 14)
Dan george A. Miller didalam buku Arifin
mengungkapkan bahwa Psikologi merupakan ilmu pengetahuan tentang mental.
(Arifin, 2000. Hal 15)
Dakwah menurut H. M. Arifin, mengandung arti suatu
kegiatan ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan tingkah laku dan sebagainya yang dilakukan
secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi supaya timbul dalam dirinya
suatu pengertian, kesadaran, sikap penghayalan serta pengalaman terhadap ajaran
agama sebagai massege yang disampaikan kepadanya dengan tanpa adanya
unsur-unsur paksaan.[1]
Sedangkan Psikologi Dakwah dapat didefenisikan
sebagai ilmu pengetahuan yang yang bertugas mempelajari atau membahas tentang
segala gejala hidup kejiwaan manusia yang terlibat dalam proses kegiatan
dakwah. Yang mana proses kegiatan dakwah dimana sasarannya adalah manusia
sebagai makhluk individu dan sebagai makhluk sosial.
Psikologi dakwah adalah ilmu bantu yang sangat diperlukan dalam
menyampaikan pesan kebenaran kepada masyarakat. manusia adalah makhluk yang
memiliki keunikan psikologis, sehingga persepsi manusia bisa berbeda-beda
terhadap objek yang sama. Keberhasilan suatu dakwah tidak hanya ditentukan oleh
nilai pesan yang disampaikan, tetapi juga ditentukan oleh bagaimana persepsi
masyarakat mad’u terhadap pesan dakwah itu. Psikologi dakwah antara lain
berusaha menguak suasana batin dari manusia yang menjadi objek dakwah sehingga
dengan itu dakwah bisa secara persuasip.
Dakwah persuasip adalah proses mengajak atau mempengaruhi mad’u dengan
pendekatan psikologi sehingga mad’u mengikuti ajakan da’i, tetapi ia merasa
sedang melakukan sesuatu atas kehendak sendiri.[2]
b.
Objek Pembahasan Psikologi Dakwah
Dalam kamus ilmiah, objek berarti sasaran, hal, perkara, atau orang
yang menjadi pokok pembicaraan. Objek
merupakan syarat mutlak bagi suatu ilmu pengetahuan. Berdasarkan objek inilah
ilmu pengetahuan menentukan langkah-langkahnya lebih lanjut dalam mengkhususkan
masalahnya, atau objeklah yang membatasi masalah atau persoalannya.
Secara otonom, psikologi dakwah mempunyai teori serta
prinsip-prinsip dan sudut pandang khusus yang berbeda dengan ilmu-ilmu lain.
Suatu sudut pandang yang spesifik terhadap suatu masalah biasanya disebut
dengan “objek formal ilmu pengetahuan”, sedangkan mengenai fakta-fakta yang
diselidiki atau yang dipelajari suatu ilmu merupakan “objek material”.
Objek penelaah didalam ilmu dakwah ada dua, yaitu objek material
dan formal. Objek material adalah tentang tingkah laku manusia. Sedangkan objek
formalnya adalah usaha manusia untuk menyeru/mengajak manusia lain dengan
ajaran Islam agar menerima, meyakini, dan mengamalkan ajaran Islam bahkan
memperjuangkannya.[3]
Dapat disimpulkan bahwa objek dakwah adalah manusia dengan segala sikap tingkah
lakunya yang berkaitan dengan aktifitas dakwah.
Sedangkan didalam buku Psikologi Umum yang ditulis oleh Drs. H. Abu
Ahmadi, bahwa segi objeknya, psikologi dibedakan menjadi dua golongan yaitu,
psikologi yang menyelidiki dan mempelajari manusia dan psikologi yang
menyelidiki dan mempelajari hewan, yang umumnya lebih tegas disebut psikologi
hewan.[4]
Dapat dikatakan bahwa objek dari psikologi adalah manusia.
Menurut M. Arifin didalam bukanya Psikologi dakwah, bahwa pelaksanaan
program kegiatan dakwah dan penerangan Agama berbagai permasalahan yang
menyangkut sasaran bimbingan atau dakwah perlu mendapatkan konsiderasi yang
tepat yaitu;
1)
Sasaran
yang menyangkut kelompok masyarakatdilihar dari segi sosiologis berupa
masyarakat terasing, pedesaan, kota besar dan kecil, serta masyarakat didaerah
marginal dari kota besar.
2)
Sasaran
yang menyangkut golongan masyarakat dilihat dari segi struktur kelembagaan
berupa masyarakat, pemerintah dan keluarga.
3)
Sasaran
yang berupa kelompok-kelompok masyarakat dilihat dari segi sosial kultur berupa
golongan Priyayi, Abangan dan Santri. Klasifikasi ini terutama terdapat dalam
masyarakat di Jawa.
4)
Sasaran
yang berhubungan dengan golongan masyarakat dilihat segi berupa usia berupa
golongan Anak-anak, Remaja dan orang Tua.
5)
Sasaran
yang berhubungan dengan golongan masyarakat dilihat dari segi okupasional
(propesi atau pekerjaan) berupa golongan petani, pedagang, seniman, buruh,
pegawai negri (administrator).
6)
Sasaran
yang menyangkut masyarakat dilihat dari segi tingkat hidup sosial-ekonomis
berupa golongan orang kaya, menengah dan miskin.
7)
Sasaran
yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari jenis kelamin (Sex) berupa
wanita, pria dan sebagainya.
8)
Sasaran
yang berhubungan dengan golongan dilihat
dari segi khusus berupa golongan masyarakat tuna susila, tuna wisma, tuna
karya, narapidana dan sebagainya.[5]
Sama halnya yang dikatakan oleh Dra. Siti Muriah didalam bukunya
yang berjudul Metodologi Dakwah Kontemporer, bahwa objek dakwah ialah
manusia yang menjadi audiens yang akan diajak kedalam Islam secara kaffah. Yag
bersifat heterogen, baik dari berbagai sudut.[6]
Setiap ilmu memiliki objek material dan objek formal masing-masing.
Objek material berasal dari beberapa cabang ilmu pengetahuan yang sama, tapi
tidak satu pun ilmu pengetahuan yang memiliki objek formal yang sama, namun
objek formal inilah yang membedakan suatu ilmu dengan ilmu yang lain. Psikologi
dakwah, sebagai gabungan dari psikologi dan dakwah, keduanya memiliki objek
pembahasan tersendiri yang membedakannya dengan ilmu yang lain, baik objek
materialnya maupun formalnya.
Untuk mengetahui pengertian tentang objek psikologi dakwah perlu
dicoba terlebih dahulu meletakkan dasar pertemuan dua disiplin ilmu yaitu
psikologi dan dakwah, dengan cara meminjam data dari kedua lapangan ilmu
pengetahuan tersebut, kemudian atas dasar tersebut dapat ditemukan objek
pembahasan sendiri. Kalau pembahasan psikologi dakwah lebih berat tekanannya
pada aspek psikologi, maka psikologi dakwah mempunyai objek yang sama dengan
objek psikologi pada umumnya, tetapi bila pembahasan dititikberatkan pada
aspek dakwah, maka objek psikologi dakwah sama dengan objek yang
menjadi pokok pembicaraan dalam ilmu dakwah.
Bahwa psikologi dakwah meletakkan dasar pertemuan dengan jalan
meminjam lapangan yang ada pada kedua bidang ilmu itu, kemudian atas dasar itu
maka psikologi menemukan prinsipnya sendiri, tidaklah dapat dikatakan bahwa
psikologi dakwah semata-mata merupakan percobaan untuk membawa persamaandua
pendekatan yang terhadap studi tentang manusia. Sebaliknya, psikologi dakwah
mempunyai pokok pembahasan yang khusus, pandangan yang khas dan menentukan
sendiri rumusan-rumusannya, meskipun diakui pula, bahwa ia banyak berutang budi
pada disiplin ilmu psikologi dan dakwah.
Karena itu, H. M Arifin mengatakan bahwa, psikologi dakwah adalah
ilmu pengetahuan yang bertugas mempelajari atau membahas tentang segala gejala
hidup kejiwaan manusia yang terlibat dalam proses kegiatan dakwah. Sedangkan
Achmad Mubarok menganggap psikologi dakwah sebagai ilmu yang berusaha
menguraikan, meramalkan, dan mengendalikan tingkah laku manusia yang terkait
dengan proses dakwah. Jadi, objek formal psikologi dakwah adalah segala hidup
kejiwaan (tingkah laku) manusia yang terlibat dalam proses dakwah.[7]
Manusia sebagai psikologi dakwah memiliki sikap dan tingkah laku yang
berbeda satu dengan yang lain. Masing-masing individu memiliki karakteristik
tersendiri yang dipengaruhi oleh hereditas (pewarisan) dan lingkungannya.
Karakteristik manusia yang dipengaruhi oleh hereditas dan lingkungan merupakan
karakteristik manusia apa adanya. Karena itu, untuk mencapai tujuan dakwah
secara maksimal kearah ajaran agama yang sempurna, seorang da’i harus memerhatikan
kondisi sasaran dakwah agar pelaksanaan dakwah mampu melaksanakan
pendekatan-pendekatan secara psikologi yang bersifat fleksibel terhadap sasaran
dakwah(mad’u).
c.
Ruang Lingkup Psikologi Dakwah
Sebagaimana telah disebutkan diatas bahwa kalimat da’watun dapat
diartikan dengan undangan, seruan atau ajakan yang semuanya menunjukkan adanya
komunikasi antara dua pihak dimana pihak pertama (da’i) berusaha menyampaikan
informasi, mengajak dan
mempengaruhi pihak kedua (mad’u). Pengalaman berdakwah menunjukkan
bahwa ada orang yang cepat tanggap terhadap seruan dakwah ada yang acuh tak
acuh dan bahkan ada yang bukan hanya tidak mau menerima tetapi juga melawan
dan menyerang balik.[8]
Proses penyampaian dan penerimaan pesan dakwah itu dilihat dari
sudut psikologi tidaklah sesederhana penyampaian pidato oleh da’i dan didengar
oleh hadirin, tetapi mempunyai makna yang luas, meliputi penyampaian energi
dalam sistem syaraf, gelombang dan tanda-tanda. Ketika proses suatu dakwah
berlangsung, terjadilah penyampaian energi dari alat-alat indera ke otak, baik
pada peristiwa penerimaan pesan dan pengelolahan informasi, maupun pada proses
saling mempengaruhi antara berbagai sistem dari kedua belah pihak, da’i dan
mad’u.[9]
d.
Pusat Perhatian Psikologi Dakwah
Dapat disimpulkan bahwa pusat perhatian psikologi terhadap proses
dakwah sekurang-kurangnya meliputi empat hal:
1.
Analisa
terhadap seluruh komponen yang terlibat dalam proses dakwah kepada da’i,
psikologi dakwah melacak sifat-sifatnya dan mempertanyakan; mengapa da’i A
berhasil mempengaruhi orang-orang yang didakwahi sedangkan da’i B kok tidak.
Tentang mad’u (dan juga da’i) sebagai manusia, dibahas karakteristiknya sebagai
manusia, sifat-sifatnya dan faktor-faktor apa (internal dan eksternal) yang
mempengaruhi perilaku komunikasinya.
2.
Bagaimana
pesan dakwah menjadi stimulus yang menimbulkan respon mad’u.
3.
Bagaimana
proses penerimaan pesan dakwah oleh mad’u, faktor-faktor apa (personal dan
situasional) yang mempengaruhinya.
4.
Bagaimana
dakwah dapat dilakukan secara persuasif, yaitu proses mempengaruhi dan
mengendalikan perilaku mad’u dengan pendekatan psikologis atau dengan
menggunakan cara berpikir dan cara merasa mad’u.[10]
e.
Pendekatan Psikologi Dakwah
Sebagaimana disebutkan diatas, bahwa dakwah sebagai kegiatan adalah
peristiwa komunikasi. Komunikasi menarik perhatian banyak disiplin ilmu, dengan
pendekatan yang berbeda-beda. Sosiologi misalnya, mempelajari komunikasi dalam
konteks interaksi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan kelompok. Dalam pandangan
sosiolog, komunikasi adalah proses mengubah kelompok manusia menjadi kelompok
yang berfungsi. Jadi, secara sosiologis, dakwah adalah proses perubahan sosial.
[11]
Jika sosiologi memperhatikan dimensi interaksi sosialnya, maka
psikologi dakwah memperhatikan perilaku individu da’i atau mad’u dan mencoba
menyimpulkan proses kesadaran yang
menyebabkan terjadinya perilaku itu.
Dalam proses dakwah, dalam arti interaksi sosial antara da’i dan
mad’u yang terkandung tiga makna :
1.
Bahwa,
baik da’i maupun mad’u sebenarnya terlibat dalam proses belajar, baik dari segi
berpikir maupun dari sudut merasa.
2.
Antara
da’i dan mad’u terjadi proses penyampaian dan penerimaan lambang-lambang dalam
berkomunikasi seperti, bertepuk tangan lambang suka,dan gaduh atau ngantuk
lambang penolakkan.
3.
Adanya
mekanisme penyesuaian diri antara da’i dan mad’u. Bentuk penyesuaian diri itu
bisa permainan peranan, identifikasi, atau agresi. Jika audiens ramai-ramai
meninggalkan tempat acara atau berbicara sendiri atau mengantuk semua, padahal
mubalignya masih pidato diatas mimbar, maka apa yang dilakukan audiens itu
menurut pandangan psikologi sebenarnya merupakan bentuk penyesuaian diri dari ceramah
yang tidak komunikatif.[12]
Pengalaman dilapangan menunjukkan bahwa ada da’i yang bijak, yang
keras, yang menggurui, yang tidak jelas pesannya dan sebagainya. Demikian juga
mad’u ada yang kritis terhadap pesan dakwah, ada yang selalu bertanya sekedar
menguji da’i, ada pula yang mudah tersinggung dan ada juga yang merasa prihatin
dan sebagainya.
Dalam menganalisis peristiwa komunikasi seperti itu, psikologi
dakwa menggunakan pendekatan sebagai berikut:
1.
Tidak
melihat dan tidak menilai secara normatif (benar-salah). Misalnya, jika da’i
berbicara ilmiah kepada mad’u yang awam, maka pasti mad’u tidak tertarik.
2.
Kejadian
yang dianalisis dipecah menjadi satuan-satuan kecil. Misalnya, ketika rumah
seorang kyai dilempari batu oleh orang banyak, maka masalah yang langsung
menjadi
3.
penyebab
peristiwa itu, apakah masalah moral,sentimen polotik, ekonomi, susila atau
sekedar harga diri seseorang, misalnya.
4.
Yang
disorot oleh psikologi dakwah bukan peristiwa lahiriahnya tetapi suasana batin
dari tiap individu da’i dan mad’u, sehingga pertanyaan yang timbul adalah ada
apa sebenarnya dibalik peristiwa itu.[13]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dalam pelaksanaan program kegiatan dakwah dan penerangan Agama
berbagai permasalahan yang menyangkut sasaran bimbingan atau dakwah perlu
mendapatkan konsiderasi yang tepat yaitu;
1.
Sasaran
yang menyangkut kelompok masyarakatdilihar dari segi sosiologis berupa
masyarakat terasing, pedesaan, kota besar dan kecil, serta masyarakat didaerah
marginal dari kota besar.
2.
Sasaran
yang menyangkut golongan masyarakat dilihat dari segi struktur kelembagaan
berupa masyarakat, pemerintah dan keluarga.
3.
Sasaran
yang berupa kelompok-kelompok masyarakat dilihat dari segi sosial kultur berupa
golongan Priyayi, Abangan dan Santri. Klasifikasi ini terutama terdapat dalam
masyarakat di Jawa.
4.
Sasaran
yang berhubungan dengan golongan masyarakat dilihat segi berupa usia berupa
golongan Anak-anak, Remaja dan orang Tua.
5.
Sasaran
yang berhubungan dengan golongan masyarakat dilihat dari segi okupasional
(propesi atau pekerjaan) berupa golongan petani, pedagang, seniman, buruh,
pegawai negri (administrator).
6.
Sasaran
yang menyangkut masyarakat dilihat dari segi tingkat hidup sosial-ekonomis
berupa golongan orang kaya, menengah dan miskin.
7.
Sasaran
yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari jenis kelamin (Sex) berupa
wanita, pria dan sebagainya.
8.
Sasaran
yang berhubungan dengan golongan dilihat
dari segi khusus berupa golongan masyarakat tuna susila, tuna wisma, tuna
karya, narapidana dan sebagainya.
Pada
intinya bahwa objek Psikologi Dakwah Itu adalah Manusia itu sendiri, mau dia
seorang individu (sendiri) maupun makhluk Sosial (kelompok).
B.
Saran.
Demikianlah
pembahasan dari makalah kami ini, kami berharap semoga makalah ini dapat
membantu dan bermanfaat bagi pembaca. Dan kami pun berharap pula kritikan dan
saran bagi pembaca demi kesempurnaan makalah kami selanjutnya. Kami menyadari
bahwa di dalam makalah kami memilki kekurangan, sekian dan terima kasih atas
perhatian para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Mubarok, Achmad. 2008. Psikologi Dakwah. Jakarta: Pustaka
Firdaus.
Faizah dan Lalu Muchin Effendi. 2009. Psikologi Dakwah. Jakarta: Kencana.
Arifin, Muhammad. 2000. Psikologi Dakwah. Jakarta: Bumi
Aksara.
Ahmadi, Abu. 2003. Psikologi Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Siti Muriah. 2000. Metodologi Dakwah Kontemporer.
Yogyakarta: Mitra Pustaka
Amin, Samsul Munir. 2013. Ilmu dakwah. Jakarta: Bumi Aksara.
[1].Prof. H. M. Arifin. 2000. Psikologi Dakwah. Jakakrta. Bumi Aksara.
Hal: 6
[2] Dr.Achmad Mubarok, M. A.2008. Psikologi Dakwah. Jakarta.
Pustaka Firdaus. Hal: 5
[3] Drs. Samsul Munir Amin,M. A. 2013. Ilmu Dakwah. Jakarta. Bumi Aksara. Hal: 29
[4] Drs. H. Abu ahmadi. 2003. Psikologi Umum. Jakartta. Rineka
Cipta. Hal: 6
[5] Prof. H. M. Arifin. 2000. Psikologi Dakwah. Jakarta. Bumi Aksara.
Hal: 3-4
[6] Dra. Siti Muriah. 2000. Metodologi Dakwah Kontemporer.
Yogyakarta. Mitra Pustaka. Hal: 32
[7] Faizah dan H. Lalu Muchsin Effendi. 2009. Psikologi Dakwah.
Jakarta. Kencana. Hal: 9-11
[8] Dr.Achmad Mubarok, M. A. 2008. Psikologi Dakwah. Jakarta.
Pustaka Firdaus. Hal: 23-24
[9] Dr.Achmad Mubarok, M. A. 2008. Psikologi Dakwah. Jakarta. Pustaka
Firdaus. Hal: 24
[10] Dr.Achmad Mubarok, M. A. 2008. Psikologi Dakwah Jakarta.
Pustaka Firdaus. Hal: 25
[11] Dr.Achmad Mubarok, M. A. 2008. Psikologi Dakwah. Jakarta.
Pustaka Firdaus. Hal:25-26
[12] Dr.Achmad Mubarok, M. A. 2008. Psikologi Dakwah. Jakarta.
Pustaka Firdaus. Hal: 28
[13] Dr.Achmad Mubarok, M. A. 2008. Psikologi
Dakwah. Jakarta. Pustaka Firdaus. Hal: 29
Semoga bermanfaat...^_^
BalasHapus