Laman

Senin, 21 Desember 2015

OBJEK PEMBAHASAN DALAM PSIKOLOGI DAKWAH



DAFTAR ISI
Daftar Isi ····························································································  i
BAB I Pendahuluan ··············································································  1
a.       Latar Belakang ···········································································  1
b.      Rumusan Masalah ·······································································  1
c.       Tujuan Makalah ··········································································  1

BAB II Pembahasan  ·············································································  2
a.       Pengertian Objek Psikologi Dakwah ················································  2
b.      Objek Pembahasan dalam Psikologi Dakwah ·····································  2
c.       Ruang Lingkup Psikologi Dakwah ··················································  5
d.      Pusat Perhatian Psikologi Dakwah ···················································  6
e.       Pendekatan Psikologi Dakwah ·······················································  6

BAB III Penutup ··················································································  9
a.       Kesimpulan ···············································································  9
b.      Saran ·······················································································  9

Daftar Pustaka ·····················································································  10





BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dimasa sekarang banyak sekali torehan atau gambaran manusia yang ada dimuka bumi ini dan bermacam-macam perilaku mereka yang mana, di psikologi dakwah kita membahas tenteng objeknya. Dan objek dari psikologi dakwah itu sendiri adalah manusia dengan segala sikap tingkah lakunya yang berkaitan dengan aktivitas dakwah.
Jika dilihat dari Psikologis, dari masing-masing golongan atau sudut pandangan, memiliki karakteristik yang berbeda-beda, sesuai dengan kondisi dan kontekstialitas lingkunganya. Sehingga hal tersebut menuntut kepada sistem dan metode pendekatan dakwah yang afektif dan efesien, mengingat dakwah adalah penyampai ajaran agama sebagai pedoman hidup yang universall, rasional, dan didamis.

B.     Rumusan Masalah
Apa itu objek pembahasan dalam Psikologi dakwah?

C.    Tujuan Makalah
Untuk mengetahui objek dakwah dalam Psikologi Dakwah!




BAB II
PEMBAHASAN
a.      Pengertian Psikologi Dakwah
Sebelum kita membahas apa itu psikologi dakwah, kita uraikan terlebih dahulu apa itu psikologi dan apa itu dakwah. Menurut Prof. H. M. Arifin, Ed. Didalam bukunya Psikologi Dakwah suatu pengantar studi, ia mengatakan bahwa pendapat Floyd L. Ruch, seorang sarjana Amerika Serikat menyatakan bahwa Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang membahas tentang proses penyesuaian diri manusia yang berupa tingkah laku yang berusaha memenuhi kebutuhan baik biologis maupun kebutuhan hidup sosialnya. (Arifin.2000. Hal 14)
Dan george A. Miller didalam buku Arifin mengungkapkan bahwa Psikologi merupakan ilmu pengetahuan tentang mental. (Arifin, 2000. Hal 15)
Dakwah menurut H. M. Arifin, mengandung arti suatu kegiatan ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan  tingkah laku dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi supaya timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran, sikap penghayalan serta pengalaman terhadap ajaran agama sebagai massege yang disampaikan kepadanya dengan tanpa adanya unsur-unsur paksaan.[1]
Sedangkan Psikologi Dakwah dapat didefenisikan sebagai ilmu pengetahuan yang yang bertugas mempelajari atau membahas tentang segala gejala hidup kejiwaan manusia yang terlibat dalam proses kegiatan dakwah. Yang mana proses kegiatan dakwah dimana sasarannya adalah manusia sebagai makhluk individu dan sebagai makhluk sosial.
Psikologi dakwah adalah ilmu bantu yang sangat diperlukan dalam menyampaikan pesan kebenaran kepada masyarakat. manusia adalah makhluk yang memiliki keunikan psikologis, sehingga persepsi manusia bisa berbeda-beda terhadap objek yang sama. Keberhasilan suatu dakwah tidak hanya ditentukan oleh nilai pesan yang disampaikan, tetapi juga ditentukan oleh bagaimana persepsi masyarakat mad’u terhadap pesan dakwah itu. Psikologi dakwah antara lain berusaha menguak suasana batin dari manusia yang menjadi objek dakwah sehingga dengan itu dakwah bisa secara persuasip. Dakwah persuasip adalah proses mengajak atau mempengaruhi mad’u dengan pendekatan psikologi sehingga mad’u mengikuti ajakan da’i, tetapi ia merasa sedang melakukan sesuatu atas kehendak sendiri.[2]
b.      Objek Pembahasan Psikologi Dakwah


Dalam kamus ilmiah, objek berarti sasaran, hal, perkara, atau orang yang menjadi pokok pembicaraan. Objek merupakan syarat mutlak bagi suatu ilmu pengetahuan. Berdasarkan objek inilah ilmu pengetahuan menentukan langkah-langkahnya lebih lanjut dalam mengkhususkan masalahnya, atau objeklah yang membatasi masalah atau persoalannya.
Secara otonom, psikologi dakwah mempunyai teori serta prinsip-prinsip dan sudut pandang khusus yang berbeda dengan ilmu-ilmu lain. Suatu sudut pandang yang spesifik terhadap suatu masalah biasanya disebut dengan “objek formal ilmu pengetahuan”, sedangkan mengenai fakta-fakta yang diselidiki atau yang dipelajari suatu ilmu merupakan “objek material”.
Objek penelaah didalam ilmu dakwah ada dua, yaitu objek material dan formal. Objek material adalah tentang tingkah laku manusia. Sedangkan objek formalnya adalah usaha manusia untuk menyeru/mengajak manusia lain dengan ajaran Islam agar menerima, meyakini, dan mengamalkan ajaran Islam bahkan memperjuangkannya.[3] Dapat disimpulkan bahwa objek dakwah adalah manusia dengan segala sikap tingkah lakunya yang berkaitan dengan aktifitas dakwah.
Sedangkan didalam buku Psikologi Umum yang ditulis oleh Drs. H. Abu Ahmadi, bahwa segi objeknya, psikologi dibedakan menjadi dua golongan yaitu, psikologi yang menyelidiki dan mempelajari manusia dan psikologi yang menyelidiki dan mempelajari hewan, yang umumnya lebih tegas disebut psikologi hewan.[4] Dapat dikatakan bahwa objek dari psikologi adalah manusia.
Menurut M. Arifin didalam bukanya Psikologi dakwah, bahwa pelaksanaan program kegiatan dakwah dan penerangan Agama berbagai permasalahan yang menyangkut sasaran bimbingan atau dakwah perlu mendapatkan konsiderasi yang tepat yaitu;
1)      Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakatdilihar dari segi sosiologis berupa masyarakat terasing, pedesaan, kota besar dan kecil, serta masyarakat didaerah marginal dari kota besar.
2)      Sasaran yang menyangkut golongan masyarakat dilihat dari segi struktur kelembagaan berupa masyarakat, pemerintah dan keluarga.


3)      Sasaran yang berupa kelompok-kelompok masyarakat dilihat dari segi sosial kultur berupa golongan Priyayi, Abangan dan Santri. Klasifikasi ini terutama terdapat dalam masyarakat di Jawa.
4)      Sasaran yang berhubungan dengan golongan masyarakat dilihat segi berupa usia berupa golongan Anak-anak, Remaja dan orang Tua.
5)      Sasaran yang berhubungan dengan golongan masyarakat dilihat dari segi okupasional (propesi atau pekerjaan) berupa golongan petani, pedagang, seniman, buruh, pegawai negri (administrator).
6)      Sasaran yang menyangkut masyarakat dilihat dari segi tingkat hidup sosial-ekonomis berupa golongan orang kaya, menengah dan miskin.
7)      Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari jenis kelamin (Sex) berupa wanita, pria dan sebagainya.
8)      Sasaran yang  berhubungan dengan golongan dilihat dari segi khusus berupa golongan masyarakat tuna susila, tuna wisma, tuna karya, narapidana dan sebagainya.[5]
Sama halnya yang dikatakan oleh Dra. Siti Muriah didalam bukunya yang berjudul Metodologi Dakwah Kontemporer, bahwa objek dakwah ialah manusia yang menjadi audiens yang akan diajak kedalam Islam secara kaffah. Yag bersifat heterogen, baik dari berbagai sudut.[6]
Setiap ilmu memiliki objek material dan objek formal masing-masing. Objek material berasal dari beberapa cabang ilmu pengetahuan yang sama, tapi tidak satu pun ilmu pengetahuan yang memiliki objek formal yang sama, namun objek formal inilah yang membedakan suatu ilmu dengan ilmu yang lain. Psikologi dakwah, sebagai gabungan dari psikologi dan dakwah, keduanya memiliki objek pembahasan tersendiri yang membedakannya dengan ilmu yang lain, baik objek materialnya maupun formalnya.
Untuk mengetahui pengertian tentang objek psikologi dakwah perlu dicoba terlebih dahulu meletakkan dasar pertemuan dua disiplin ilmu yaitu psikologi dan dakwah, dengan cara meminjam data dari kedua lapangan ilmu pengetahuan tersebut, kemudian atas dasar tersebut dapat ditemukan objek pembahasan sendiri. Kalau pembahasan psikologi dakwah lebih berat tekanannya pada aspek psikologi, maka psikologi dakwah mempunyai objek yang sama dengan objek psikologi pada umumnya, tetapi bila pembahasan dititikberatkan pada


aspek dakwah, maka objek psikologi dakwah sama dengan objek yang menjadi pokok pembicaraan dalam ilmu dakwah.
Bahwa psikologi dakwah meletakkan dasar pertemuan dengan jalan meminjam lapangan yang ada pada kedua bidang ilmu itu, kemudian atas dasar itu maka psikologi menemukan prinsipnya sendiri, tidaklah dapat dikatakan bahwa psikologi dakwah semata-mata merupakan percobaan untuk membawa persamaandua pendekatan yang terhadap studi tentang manusia. Sebaliknya, psikologi dakwah mempunyai pokok pembahasan yang khusus, pandangan yang khas dan menentukan sendiri rumusan-rumusannya, meskipun diakui pula, bahwa ia banyak berutang budi pada disiplin ilmu psikologi dan dakwah.
Karena itu, H. M Arifin mengatakan bahwa, psikologi dakwah adalah ilmu pengetahuan yang bertugas mempelajari atau membahas tentang segala gejala hidup kejiwaan manusia yang terlibat dalam proses kegiatan dakwah. Sedangkan Achmad Mubarok menganggap psikologi dakwah sebagai ilmu yang berusaha menguraikan, meramalkan, dan mengendalikan tingkah laku manusia yang terkait dengan proses dakwah. Jadi, objek formal psikologi dakwah adalah segala hidup kejiwaan (tingkah laku) manusia yang terlibat dalam proses dakwah.[7]
Manusia sebagai psikologi dakwah memiliki sikap dan tingkah laku yang berbeda satu dengan yang lain. Masing-masing individu memiliki karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh hereditas (pewarisan) dan lingkungannya. Karakteristik manusia yang dipengaruhi oleh hereditas dan lingkungan merupakan karakteristik manusia apa adanya. Karena itu, untuk mencapai tujuan dakwah secara maksimal kearah ajaran agama yang sempurna, seorang da’i harus memerhatikan kondisi sasaran dakwah agar pelaksanaan dakwah mampu melaksanakan pendekatan-pendekatan secara psikologi yang bersifat fleksibel terhadap sasaran dakwah(mad’u).
c.       Ruang Lingkup Psikologi Dakwah
Sebagaimana telah disebutkan diatas bahwa kalimat da’watun dapat diartikan dengan undangan, seruan atau ajakan yang semuanya menunjukkan adanya komunikasi antara dua pihak dimana pihak pertama (da’i) berusaha menyampaikan informasi, mengajak dan


mempengaruhi pihak kedua (mad’u). Pengalaman berdakwah menunjukkan bahwa ada orang yang cepat tanggap terhadap seruan dakwah ada yang acuh tak acuh dan bahkan ada yang bukan hanya tidak mau menerima tetapi juga melawan dan  menyerang balik.[8]
Proses penyampaian dan penerimaan pesan dakwah itu dilihat dari sudut psikologi tidaklah sesederhana penyampaian pidato oleh da’i dan didengar oleh hadirin, tetapi mempunyai makna yang luas, meliputi penyampaian energi dalam sistem syaraf, gelombang dan tanda-tanda. Ketika proses suatu dakwah berlangsung, terjadilah penyampaian energi dari alat-alat indera ke otak, baik pada peristiwa penerimaan pesan dan pengelolahan informasi, maupun pada proses saling mempengaruhi antara berbagai sistem dari kedua belah pihak, da’i dan mad’u.[9]
d.      Pusat Perhatian Psikologi Dakwah
Dapat disimpulkan bahwa pusat perhatian psikologi terhadap proses dakwah sekurang-kurangnya meliputi empat hal:
1.      Analisa terhadap seluruh komponen yang terlibat dalam proses dakwah kepada da’i, psikologi dakwah melacak sifat-sifatnya dan mempertanyakan; mengapa da’i A berhasil mempengaruhi orang-orang yang didakwahi sedangkan da’i B kok tidak. Tentang mad’u (dan juga da’i) sebagai manusia, dibahas karakteristiknya sebagai manusia, sifat-sifatnya dan faktor-faktor apa (internal dan eksternal) yang mempengaruhi perilaku komunikasinya.
2.      Bagaimana pesan dakwah menjadi stimulus yang menimbulkan respon mad’u.
3.      Bagaimana proses penerimaan pesan dakwah oleh mad’u, faktor-faktor apa (personal dan situasional) yang mempengaruhinya.
4.      Bagaimana dakwah dapat dilakukan secara persuasif, yaitu proses mempengaruhi dan mengendalikan perilaku mad’u dengan pendekatan psikologis atau dengan menggunakan cara berpikir dan cara merasa mad’u.[10]
e.       Pendekatan Psikologi Dakwah
Sebagaimana disebutkan diatas, bahwa dakwah sebagai kegiatan adalah peristiwa komunikasi. Komunikasi menarik perhatian banyak disiplin ilmu, dengan pendekatan yang berbeda-beda. Sosiologi misalnya, mempelajari komunikasi dalam konteks interaksi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan kelompok. Dalam pandangan sosiolog, komunikasi adalah proses mengubah kelompok manusia menjadi kelompok yang berfungsi. Jadi, secara sosiologis, dakwah adalah proses perubahan sosial. [11]
Jika sosiologi memperhatikan dimensi interaksi sosialnya, maka psikologi dakwah memperhatikan perilaku individu da’i atau mad’u dan mencoba menyimpulkan proses kesadaran  yang menyebabkan terjadinya perilaku itu.
Dalam proses dakwah, dalam arti interaksi sosial antara da’i dan mad’u yang terkandung tiga makna :
1.      Bahwa, baik da’i maupun mad’u sebenarnya terlibat dalam proses belajar, baik dari segi berpikir maupun dari sudut merasa.
2.      Antara da’i dan mad’u terjadi proses penyampaian dan penerimaan lambang-lambang dalam berkomunikasi seperti, bertepuk tangan lambang suka,dan gaduh atau ngantuk lambang penolakkan.
3.      Adanya mekanisme penyesuaian diri antara da’i dan mad’u. Bentuk penyesuaian diri itu bisa permainan peranan, identifikasi, atau agresi. Jika audiens ramai-ramai meninggalkan tempat acara atau berbicara sendiri atau mengantuk semua, padahal mubalignya masih pidato diatas mimbar, maka apa yang dilakukan audiens itu menurut pandangan psikologi sebenarnya merupakan bentuk penyesuaian diri dari ceramah yang tidak komunikatif.[12]
Pengalaman dilapangan menunjukkan bahwa ada da’i yang bijak, yang keras, yang menggurui, yang tidak jelas pesannya dan sebagainya. Demikian juga mad’u ada yang kritis terhadap pesan dakwah, ada yang selalu bertanya sekedar menguji da’i, ada pula yang mudah tersinggung dan ada juga yang merasa prihatin dan sebagainya.
Dalam menganalisis peristiwa komunikasi seperti itu, psikologi dakwa menggunakan pendekatan sebagai berikut:
1.      Tidak melihat dan tidak menilai secara normatif (benar-salah). Misalnya, jika da’i berbicara ilmiah kepada mad’u yang awam, maka pasti mad’u tidak tertarik.
2.      Kejadian yang dianalisis dipecah menjadi satuan-satuan kecil. Misalnya, ketika rumah seorang kyai dilempari batu oleh orang banyak, maka masalah yang langsung menjadi


3.      penyebab peristiwa itu, apakah masalah moral,sentimen polotik, ekonomi, susila atau sekedar harga diri seseorang, misalnya.
4.      Yang disorot oleh psikologi dakwah bukan peristiwa lahiriahnya tetapi suasana batin dari tiap individu da’i dan mad’u, sehingga pertanyaan yang timbul adalah ada apa sebenarnya dibalik peristiwa itu.[13]






BAB III 
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dalam pelaksanaan program kegiatan dakwah dan penerangan Agama berbagai permasalahan yang menyangkut sasaran bimbingan atau dakwah perlu mendapatkan konsiderasi yang tepat yaitu;
1.      Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakatdilihar dari segi sosiologis berupa masyarakat terasing, pedesaan, kota besar dan kecil, serta masyarakat didaerah marginal dari kota besar.
2.      Sasaran yang menyangkut golongan masyarakat dilihat dari segi struktur kelembagaan berupa masyarakat, pemerintah dan keluarga.
3.      Sasaran yang berupa kelompok-kelompok masyarakat dilihat dari segi sosial kultur berupa golongan Priyayi, Abangan dan Santri. Klasifikasi ini terutama terdapat dalam masyarakat di Jawa.
4.      Sasaran yang berhubungan dengan golongan masyarakat dilihat segi berupa usia berupa golongan Anak-anak, Remaja dan orang Tua.
5.      Sasaran yang berhubungan dengan golongan masyarakat dilihat dari segi okupasional (propesi atau pekerjaan) berupa golongan petani, pedagang, seniman, buruh, pegawai negri (administrator).
6.      Sasaran yang menyangkut masyarakat dilihat dari segi tingkat hidup sosial-ekonomis berupa golongan orang kaya, menengah dan miskin.
7.      Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari jenis kelamin (Sex) berupa wanita, pria dan sebagainya.
8.      Sasaran yang  berhubungan dengan golongan dilihat dari segi khusus berupa golongan masyarakat tuna susila, tuna wisma, tuna karya, narapidana dan sebagainya.
Pada intinya bahwa objek Psikologi Dakwah Itu adalah Manusia itu sendiri, mau dia seorang individu (sendiri) maupun makhluk Sosial (kelompok).
B.     Saran.
Demikianlah pembahasan dari makalah kami ini, kami berharap semoga makalah ini dapat membantu dan bermanfaat bagi pembaca. Dan kami pun berharap pula kritikan dan saran bagi pembaca demi kesempurnaan makalah kami selanjutnya. Kami menyadari bahwa di dalam makalah kami memilki kekurangan, sekian dan terima kasih atas perhatian para pembaca.


DAFTAR PUSTAKA

Mubarok, Achmad. 2008. Psikologi Dakwah. Jakarta: Pustaka Firdaus.
Faizah dan Lalu Muchin Effendi. 2009. Psikologi Dakwah. Jakarta: Kencana.
Arifin, Muhammad. 2000. Psikologi Dakwah. Jakarta: Bumi Aksara.
Ahmadi, Abu. 2003. Psikologi Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Siti Muriah. 2000. Metodologi Dakwah Kontemporer. Yogyakarta: Mitra Pustaka
Amin, Samsul Munir. 2013. Ilmu dakwah. Jakarta: Bumi Aksara.


[1].Prof. H. M. Arifin. 2000. Psikologi Dakwah. Jakakrta. Bumi Aksara. Hal: 6
[2] Dr.Achmad Mubarok, M. A.2008. Psikologi Dakwah. Jakarta. Pustaka Firdaus. Hal: 5
[3] Drs. Samsul Munir Amin,M. A. 2013. Ilmu Dakwah.  Jakarta. Bumi Aksara. Hal: 29
[4] Drs. H. Abu ahmadi. 2003. Psikologi Umum. Jakartta. Rineka Cipta. Hal: 6
[5] Prof. H. M. Arifin. 2000. Psikologi Dakwah. Jakarta. Bumi Aksara. Hal: 3-4
[6] Dra. Siti Muriah. 2000. Metodologi Dakwah Kontemporer. Yogyakarta. Mitra Pustaka. Hal: 32
[7] Faizah dan H. Lalu Muchsin Effendi. 2009. Psikologi Dakwah. Jakarta. Kencana. Hal: 9-11
[8] Dr.Achmad Mubarok, M. A. 2008. Psikologi Dakwah. Jakarta. Pustaka Firdaus. Hal: 23-24
[9] Dr.Achmad Mubarok, M. A. 2008. Psikologi Dakwah. Jakarta. Pustaka Firdaus. Hal: 24
[10] Dr.Achmad Mubarok, M. A. 2008. Psikologi Dakwah Jakarta. Pustaka Firdaus. Hal: 25
[11] Dr.Achmad Mubarok, M. A. 2008. Psikologi Dakwah. Jakarta. Pustaka Firdaus. Hal:25-26
[12] Dr.Achmad Mubarok, M. A. 2008. Psikologi Dakwah. Jakarta. Pustaka Firdaus. Hal: 28
[13] Dr.Achmad Mubarok, M. A.  2008. Psikologi Dakwah. Jakarta. Pustaka Firdaus. Hal: 29

1 komentar: