DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
A. Latar Belakang.......................................................................................... 1
B. Rumusan masalah...................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... 2
A. Psikologi dakwah................................................................................. .... 2
B. Esensi psikologi dakwah........................................................................... 2
C. Pengertian
edukatif................................................................................ 3
D. Pengertian
motivatif.................................................................................. 3
E. Pengertian
sugestif.................................................................................... 4
F. Pengertian persuasif.................................................................................. 4
G. Tujuan psikologi
dakwah.......................................................................... 5
BAB III PENUTUP............................................................................................ 6
A. Simpulan.................................................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 7
BAB I
Pendahuluan
A.
Latar
belakang
Dakwah
merupakan salah satu tanggung jawab seorang da’i yang dilakukan dengan
komunikasi atau interaksi secara langsung ataupun tidak langsung terhadap
objeknya. Proses dakwah yang berinteraksi secara langsung dengan masyarakat
sebagai objeknya menuntut seorang da’i untuk bisa menguasai dan memahami
kondisi psikologis audiennya. Karena itulah dibutuhkan psikologi dakwah agar
tujuan dari dakwah itu sendiri bisa tepat sesuai dengan sasaran dakwah.Dakwahsebenarnya adalah suatu proses pembentukan watak manusia. Maka dalam
rangka pembentukan itu dakwah menempuh pendekatan-pendekatan psikologis agar
lebih memungkinkan bisa cepat sampai ke tujuan.
Dakwah
merupakan kewajiban setiap muslim. Sebagai dai tentu saja kita ingin mencapai
kesuksesan dalam mencapai tugas dakwah. Salah satu bentuk keberhasilan dalam
dakwah adalah berubahnya sikap kejiwaan seseorang. Dari tidak cinta Islam
menjadi cinta, dari tidak mau beramal saleh menjadi giat melakukannya, dari
cinta kemaksiatan menjadi benci dan tertanam dalam jiwanya rasa senang terhadap
kebenaran ajaran Islam, begitulah seterusnya.
Karena
dakwah bermaksud mengubah sikap kejiwaan seorang mad’u, maka pengetahuan
tentang psikologi dakwah, sistematikanya dan kedudukan psikologi dakwah menjadi
sesuatu yang sangat penting. Dengan pengetahuan tentang psikologi dakwah ini,
diharapkan kita atau para juru dakwah dapat melaksanakan tugas dakwah dengan
pendekatan kejiwaan. Rasul Saw. Dalam dakwahnya memang sangat memperhatikan
tingkat kesiapan jiwa orang yang didakwahinya dalam menerima pesan-pesan
dakwah.
B. Rumusan masalah
·
Apa yang di maksud
pengertian psikologi dakwah?
·
Jelaskan faktor-faktor
esensi psikologi dakwah?
Pembahasan
A. Psikologi dakwah
Istilah psikologi,
dalam bahasa arab biasanya di sebut ilmu nafs, artinya ilmu jiwa. Dalam
perkembangannya di Indonesia, ilmu jiwa kemudian lebih di kenal dengan sebutan
psikologi, keduanya mempunyai arti ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala
kejiwaan. Adapun, psikologi dakwah dapat di definisikan sebagai ilmu
pengetahuan yang bertugas mempelajari atau membahas tentang segala gejala
kejiwaan, baik da’i maupun mad’u yang
terlibat dalam proses kegiatan dakwah.
Pada hakikatnya psikologi dakwah berusaha menganalisis gejala-gejala
kejiwaan, baik dari da’i yang terlibat dalam proses dakwah. Maka bagi seorang
da’i di perlukan pengetahuan tentang sisi-sisi kejiwaan dari seorang mad’u yang
menjadi sasaran kegiatan dakwah.[1]
B. Esensi psikologi dakwah
Psikologi Dakwah merupakan alat bantu bagi juru dakwah dan para da’i untuk
memperoleh pengertian yang lebih mendalam tentang faktor-faktor psikologis yang
mempengaruhi tingkah laku manusia sebagai objek dakwah, agar tujuan dakwah
dapat dicapai secara dapat dicapai secara efektif, intensif, atau secara lebih
maksimal dan optimal.
Dalam penyampaian meteri memerlukan orang yang mampu menirukan kebaikan dan
ajaran dakwah yang mutlak benara itu. Uswatun hasanah ada, ialah pada diri nabi
muhammad saw, dalam hal ini juru dak’wah harus memperhatikan situasi dan
kondisi masyarakat objek, khususnya situasi psikologisnya. Contohnya orang
kelaparan karena kemiskinan, yang oleh nabi disinyalir mendekati kekafiran,
maka dakwah yang harus dilakukan dalam rangka menyelamatkan mereka agar tidak
sampai menjual akidahnya dengan murah. Tentunya mereka lebih memerlukan makanan
lahiriah terlebih dahulu daripada makanan bathiniah atau rohaniah.
Mental, fisik, rohani, sosial merupakan empat dimensi pertumbuhan yang mempengaruhi
manusia, dan yang menjadi sentral tema yang kuat adalah mental manusia,
disinilah terpusat segala penggerak aktivitas manusia. Mental atau tingkah laku
mempunyai pengendalian yakni pada kesadarannya yang bersumber dari hati nurani
. oleh sebab itu, sasaran dakwah lebih diarahkan agar menyentuh kalbu dan
fitrahnya dalam rangka pembentukan sikap mental atau tingkah laku bermotivasi.
Memberi pandangan tentang betapa pentingnya memahami materi dakwah sebagai
urat nadi kehidupan manusia sehingga terknis operasionalnya dapat disajikan
bukan hanya sebagai ilmu yang mati, tetapi dapat didekati secara tradisional
atau substansial dan menyangkut proses pengembangan secara konseptual harus
terus mengalir kedalam seluruh pembuluh darah kehidupan kejiwaanya yangakan
melahirkan tingkah laku bermotivasi.
Memberi pengertian tentang manusia sebagai subjek dan sekaligus sebagai objek
dakwah dengan segala ciri khas kepribadiannya.[2]
Maka esensi psikologi Dakwah adalah terletak pada adanya beberapa faktor
yang antara lain :
1. Edukatif
Edukatif artinya bersifat mendidik, mendidik adalah melakukan proses
pendidikan dengan sengaja dan terus menerus, selama proses perkembangan pribadi
yang terjadi pada seseorang. Pendidikan berarti suatu proses atau aktivitas
yang bertujuan agar tingkah laku seseorang yang mengalami pendidikan itu
terjadi perubahan dalam dirinya.
Seorang da’i harus bersifat edukatif apabila bertindak sebagai pendidik
(edukator) dan bersikap sebagai guru. Psikolog berpendapat bahwa pemberian
pendidikan, pengajaran sebaiknya lebih didasarkan atas perkembangan kronologis:
Tugas edukatif juru dakwah adalah sebagai berikut:
a. Membuka jalan dan memudahkan terjadinya perubahan-perubahan tingkah laku
masyarakat sasaran, seperti apa yang di harapkan dalam tujuan dakwah, sehingga
sasaran dapat merespon yang di ubah dan di sesuaikan dengan tuntutan
lingkungan.
b. Mengadakan interaktif dominatif ( bila juru dakwah sendiri yang mendorong,
mengarahkan, sasaran untuk berbuat, merasakan atau berfikir sesuai dengan
kehendaknya). Dan sosial integratif ( jika juru dakwah memberikan fasilitas dan
berkenan bagi sasaran untuk mencari sendiri apa yang di cari, merasakan,
memikirkan, dan melakukan sendiri sesuai dengan kesanggupan dan kemampuannya).
c. Juru dakwah memiliki tugas dan memikul tanggung jawab yang besar terhadap
perkembangan sikap apresiasi dan sasaran sesuai dengan kemampuannya.[3]
2. Motivatif
Motivatif artinya memberi motivasi. Motivasi adalah daya batin atau
dorongan. Dalam motivasi ini terkandung suatu dorongan dinamis yang mendasari
segala tingkah laku individual manusia. Tingkah laku bermotivasi adalah tingkah
laku yang melatarbelakangi oleh motif.
Juru dakwah sebagai motivator harus mengerti bahwa motif ini muncul sebagai
latar belakang dari seluruh tingkah laku manusia yang timbul karena adanya
dorongan kebutuhan yang muncul setiap saat. Maka tugas dan tanggung jawab juru
dakwah sebagai motivator adalah :
Mampu memberikan motivasi dan dorongan-dorongan kepada sasaran untuk
bertingkah laku motivatif (beramal sholih), Senantiasa memahami tiga faktor
dasar yang membentuk suatu lingkaran motivasi, yaitu : kebutuhan, tingkah laku
dan tujuan, Dan Seorang da’i dalam memilih materi juga harus di sesuaikan,
demikian pula dalam menentukan metode harus memperhatikan kondisi psikis
sasaran dakwah, agar bisa memberi motivasi dan dorongansehingga dengan demikian
dapat memilihkan materi dakwah yanng sesuai dan menerapkan metode yang memenuhi
harapan untuk menerima pesan-pesan dakwah. [4]
3. Sugestif
Sugestif adalah memberi sugesti. Sugesti dapat di rumuskan sebagai suatu
proses dimana seseorang menerima begitu saja suatu cara atau pedoman tingkah lakunya
dari orang lain tanpa kritik terlebih dahulu. Juru dakwah sebagai pemberi
sugesti mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk dapat memanfaatkan
situasi-situasi dan menggunakan kondisi-kondisi yang tepat untuk menimbulkan
sugesti massa agar pikiran, perasaan dan kehendak mereka bisa terpengaruh
dengan keyakinan terhadap apa yang menjadi tujuan[5].
Sugestif akan mudah terjadi pada manusia suggestible, dalam keadaan :
- Karena hambatan berpikir, baik oleh faktor-faktor fisiologis maupun psikologis.
- Karena disosiasi (pikiran terpecah-pecah).
- Karena otoritas dan pristise, pakar dan reputasi, kharisma dari sugestif sendiri.
- Karena publik opini, mayoritas dan popularitas.
- Karena will to be belive (ingin meyakinkan diri).
4. Persuasif
Persuasif artinya to persude, to induce, to believe (membujuk, merayu, dan
meyakinkan ). Persuasi adalah kegiatan psikologis, tujuannya untuk dapat
mengubah sikap, pendapat, atau tingkah laku tanpa menggunakan ancaman,
kekerasan, kekuasaan, penekanan, pemerasan, penyuapan, teror, intimidasi dan
boikot tetapi dengan kesadaran, simpati dan sepenuh perasaan.Kebanyakan situasi
komunikasi sudah mencakup persuasi, sebab seluruh situasi komunikasi harus
mencakup upaya seseorang yang dengan sadar mengubah tingkah laku orang lain
melalui penyampaian beberapa pesan.
Juru dakwah sebagai pemberi persuasi harus mampu berkomunikasi atau
melakukan proses interaksi, interrelasi dan proses saling mempengaruhi. Dakwah
merupakan kegiatan yang berusaha mempengaruhi manusia dari kondisi kejiwaan
yang makruf menjadi lebih meningkat atau minimal bisa bertahan dalam
kemakrufan, dan juga berupaya mempengaruhi tingkah laku dari kondisi mungkar
menjadi makruf, da dari kondisi ragu menjadi mantap.
Persuasi dalam dakwah adalah seni dan ilmu tentang menghimbau secara
ekstralogis untuk menjamin keputusan yang diinginkan dengan prinsip-prinsip
argumentatif. [6]
·
Tujuan psikologi dakwah
Oleh karena psikologi dakwah mempedomani kegiatan dakwah, maka tujuan
psikologi dakwah adalah : memberikan pandangan tentang mungkinnya dilakukan
perubahan tingkah laku atau sikap mental psikologi sasaran dakwah / penerangan
agama sesuai dengan pola kehidupan yang di kehendaki oleh ajaran agama yang
didakwahkan oleh aparat dakwah atau penerangan agama itu.
Memberi gambaran tentang beberapa aspek psikologis dan aspek
dakwatologis manusia untuk juru dakwah, agar mereka mau membekali dirinya
dengan kemampuan-kemampuan teoritis, bagaimana mengaktualisasikan metode-metode
dakwah dan mengadaptasikan serta mengintregasikannya kea rah sasaran dakwah
sesuai dengan situasi kejiwaan dan kondisi psikisnya.
Pengetahuan ini mengajak kita kepada usaha mendalami dan memahami segala
tingkah laku manusia dalam lapangan hidupnya melalui latar belakang kehidupan
psikologis. Tingkah laku manusia adalah merupakan gejala dari keadaan
psikologis yang terlahirkan dalam rangka usaha memenuhi kebutuhn dan mencapai
tujuan. Manusia memiliki akal dan nafsu, akal senantiasa mengajak ke arah jalan
kebahagiaan dan sebaliknya nafsu selalu mengajak ke arah yang menyesatkan,
melalui amar ma’ruf nahi mungkar kebahagiaan hidup di dunia maupun akhirat akan
tercapai. Kesejajaran kebahagiaan hidup di dunia maupun akhirat itu lah tujuan
hidup dan cita-cita sesungguhnya dari dakwah islam. [7]
BAB III
Penutup
Kesimpulan
Pada hakikatnya psikologi dakwah sebagai ilmu pengetahuan bertugas
mempelajari / membahas tentang gejala-gejala hidup kejiwaan, baik dari da’i
maupun mad’u yang terlibat dalam proses kegiatan dakwah.Tugas psikologi
dakwah adalah memberikan landasan dan pedoman kepada metodologi dakwah, karena
metodologi baru dapat efektif dalam penerapan kerja bila mana didasarkan atas
kebutuhan hidup manusia sebagaimana ditunjukkan kemungkinan pemuasnya efek
psikologi.
Dengan memperhatikan faktor-faktor perkembangan psikologis beserta
ciri-cirinya, maka pesan dakwah yang disampaikan oleh juru dakwah akan dapat
meresap dan diterima dalam pribadi sasarannya dan kemudian diamalkannya kepada
perasaan yang tulus tanpa adanya ganjalan karena hal tersebut dapat menyentuh
dan memuaskan kehidupan rohaninya. Disinilah letak titik berat
strategi-strategi dakwah yang sebenarnya yaitu menerima pesan dakwah dengan
ikhlas sekaligus mempraktekkannya.
Tujuan psikologi dakwah adalah supaya Memberi gambaran tentang beberapa
aspek psikologis dan aspek dakwatologis manusia untuk juru dakwah, agar
mereka mau membekali dirinya dengan kemampuan-kemampuan teoritis, bagaimana
mengaktualisasikan metode-metode dakwah dan mengadaptasikan serta
mengintregasikannya kea rah sasaran dakwah sesuai dengan situasi kejiwaan dan
kondisi psikisnya.
DAFTAR PUSTAKA
Samsul Munir Amin , 2013. Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah
H.M. Arifin , 2004. Psikologi Dakwah suatu pengantar studi. Jakarta : Bumi Aksara
Achmad Mubarok, 2001. Psikologi Dakwah. Jakarta : Pustaka firdaus
Jamaludin Kafie.1993. psikologi Dakwah. Surabaya: Indah
[1] H.M.Arifin.2004. Psikologi Dakwah. Jakarta : Bumi Askara. Hl. 6
[2] Samsul munir amin. 2013. Ilmu dakwah. Jakarta: amzah hl. 212
[4] Samsul munir amin. 2013. Ilmu dakwah. Jakarta: amzah hl. 213
[6] Samsul munir amin. 2013. Ilmu dakwah. Jakarta: amzah hl. 213
[7] H.M.Arifin.2004. Psikologi Dakwah. Jakarta : Bumi Askara. Hl. 5
Tidak ada komentar:
Posting Komentar