Laman

Senin, 18 Januari 2016

Esensi Psikologi Dakwah




DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
A.    Latar Belakang.......................................................................................... 1
B.     Rumusan masalah...................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... 2
A.    Psikologi dakwah................................................................................. .... 2
B.     Esensi psikologi dakwah........................................................................... 2
C.     Pengertian edukatif................................................................................    3
D.    Pengertian motivatif..................................................................................      3
E.     Pengertian sugestif....................................................................................      4
F.      Pengertian persuasif.................................................................................. 4
G.    Tujuan psikologi dakwah.......................................................................... 5
BAB III PENUTUP............................................................................................ 6
A.    Simpulan.................................................................................................... 6

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................  7






 

BAB I
Pendahuluan
A.    Latar belakang
Dakwah merupakan salah satu tanggung jawab seorang da’i yang dilakukan dengan komunikasi atau interaksi secara langsung ataupun tidak langsung terhadap objeknya. Proses dakwah yang berinteraksi secara langsung dengan masyarakat sebagai objeknya menuntut seorang da’i untuk bisa menguasai dan memahami kondisi psikologis audiennya. Karena itulah dibutuhkan psikologi dakwah agar tujuan dari dakwah itu sendiri bisa tepat sesuai dengan sasaran dakwah.Dakwahsebenarnya adalah suatu proses pembentukan watak manusia. Maka dalam rangka pembentukan itu dakwah menempuh pendekatan-pendekatan psikologis agar lebih memungkinkan bisa cepat sampai ke tujuan.
Dakwah merupakan kewajiban setiap muslim. Sebagai dai tentu saja kita ingin mencapai kesuksesan dalam mencapai tugas dakwah. Salah satu bentuk keberhasilan dalam dakwah adalah berubahnya sikap kejiwaan seseorang. Dari tidak cinta Islam menjadi cinta, dari tidak mau beramal saleh menjadi giat melakukannya, dari cinta kemaksiatan menjadi benci dan tertanam dalam jiwanya rasa senang terhadap kebenaran ajaran Islam, begitulah seterusnya.
Karena dakwah bermaksud mengubah sikap kejiwaan seorang mad’u, maka pengetahuan tentang psikologi dakwah, sistematikanya dan kedudukan psikologi dakwah menjadi sesuatu yang sangat penting. Dengan pengetahuan tentang psikologi dakwah ini, diharapkan kita atau para juru dakwah dapat melaksanakan tugas dakwah dengan pendekatan kejiwaan. Rasul Saw. Dalam dakwahnya memang sangat memperhatikan tingkat kesiapan jiwa orang yang didakwahinya dalam menerima pesan-pesan dakwah.


B.     Rumusan masalah
·         Apa yang di maksud pengertian psikologi dakwah?
·         Jelaskan faktor-faktor esensi psikologi dakwah?




BAB II
Pembahasan
A.    Psikologi dakwah
Istilah psikologi, dalam bahasa arab biasanya di sebut ilmu nafs, artinya ilmu jiwa. Dalam perkembangannya di Indonesia, ilmu jiwa kemudian lebih di kenal dengan sebutan psikologi, keduanya mempunyai arti ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala kejiwaan. Adapun, psikologi dakwah dapat di definisikan sebagai ilmu pengetahuan yang bertugas mempelajari atau membahas tentang segala gejala kejiwaan, baik da’i maupun mad’u  yang terlibat dalam proses kegiatan dakwah.
Pada hakikatnya psikologi dakwah berusaha menganalisis gejala-gejala kejiwaan, baik dari da’i yang terlibat dalam proses dakwah. Maka bagi seorang da’i di perlukan pengetahuan tentang sisi-sisi kejiwaan dari seorang mad’u yang menjadi sasaran kegiatan dakwah.[1]
B.     Esensi psikologi dakwah
Psikologi Dakwah merupakan alat bantu bagi juru dakwah dan para da’i untuk memperoleh pengertian yang lebih mendalam tentang faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi tingkah laku manusia sebagai objek dakwah, agar tujuan dakwah dapat dicapai secara dapat dicapai secara efektif, intensif, atau secara lebih maksimal dan optimal.
Dalam penyampaian meteri memerlukan orang yang mampu menirukan kebaikan dan ajaran dakwah yang mutlak benara itu. Uswatun hasanah ada, ialah pada diri nabi muhammad saw, dalam hal ini juru dak’wah harus memperhatikan situasi dan kondisi masyarakat objek, khususnya situasi psikologisnya. Contohnya orang kelaparan karena kemiskinan, yang oleh nabi disinyalir mendekati kekafiran, maka dakwah yang harus dilakukan dalam rangka menyelamatkan mereka agar tidak sampai menjual akidahnya dengan murah. Tentunya mereka lebih memerlukan makanan lahiriah terlebih dahulu daripada makanan bathiniah atau rohaniah.
             Mental, fisik, rohani, sosial merupakan empat dimensi pertumbuhan yang mempengaruhi manusia, dan yang menjadi sentral tema yang kuat adalah mental manusia, disinilah terpusat segala penggerak aktivitas manusia. Mental atau tingkah laku mempunyai pengendalian yakni pada kesadarannya yang bersumber dari hati nurani . oleh sebab itu, sasaran dakwah lebih diarahkan agar menyentuh kalbu dan fitrahnya dalam rangka pembentukan sikap mental atau tingkah laku bermotivasi.
Memberi pandangan tentang betapa pentingnya memahami materi dakwah sebagai urat nadi kehidupan manusia sehingga terknis operasionalnya dapat disajikan bukan hanya sebagai ilmu yang mati, tetapi dapat didekati secara tradisional atau substansial dan menyangkut proses pengembangan secara konseptual harus terus mengalir kedalam seluruh pembuluh darah kehidupan kejiwaanya yangakan melahirkan tingkah laku bermotivasi.
Memberi pengertian tentang manusia sebagai subjek dan sekaligus sebagai objek dakwah dengan segala ciri khas kepribadiannya.[2]
Maka esensi psikologi Dakwah adalah terletak pada adanya beberapa faktor yang antara lain :
1.      Edukatif
Edukatif artinya bersifat mendidik, mendidik adalah melakukan proses pendidikan dengan sengaja dan terus menerus, selama proses perkembangan pribadi yang terjadi pada seseorang. Pendidikan berarti suatu proses atau aktivitas yang bertujuan agar tingkah laku seseorang yang mengalami pendidikan itu terjadi perubahan dalam dirinya.
Seorang da’i harus bersifat edukatif apabila bertindak sebagai pendidik (edukator) dan bersikap sebagai guru. Psikolog berpendapat bahwa pemberian pendidikan, pengajaran sebaiknya lebih didasarkan atas perkembangan kronologis:
Tugas edukatif juru dakwah adalah sebagai berikut:
a.       Membuka jalan dan memudahkan terjadinya perubahan-perubahan tingkah laku masyarakat sasaran, seperti apa yang di harapkan dalam tujuan dakwah, sehingga sasaran dapat merespon yang di ubah dan di sesuaikan dengan tuntutan lingkungan.
b.      Mengadakan interaktif dominatif ( bila juru dakwah sendiri yang mendorong, mengarahkan, sasaran untuk berbuat, merasakan atau berfikir sesuai dengan kehendaknya). Dan sosial integratif ( jika juru dakwah memberikan fasilitas dan berkenan bagi sasaran untuk mencari sendiri apa yang di cari, merasakan, memikirkan, dan melakukan sendiri sesuai dengan kesanggupan dan kemampuannya).
c.       Juru dakwah memiliki tugas dan memikul tanggung jawab yang besar terhadap perkembangan sikap apresiasi dan sasaran sesuai dengan kemampuannya.[3]


2.      Motivatif
Motivatif artinya memberi motivasi. Motivasi adalah daya batin atau dorongan. Dalam motivasi ini terkandung suatu dorongan dinamis yang mendasari segala tingkah laku individual manusia. Tingkah laku bermotivasi adalah tingkah laku yang melatarbelakangi oleh motif.
Juru dakwah sebagai motivator harus mengerti bahwa motif ini muncul sebagai latar belakang dari seluruh tingkah laku manusia yang timbul karena adanya dorongan kebutuhan yang muncul setiap saat. Maka tugas dan tanggung jawab juru dakwah sebagai motivator adalah :
Mampu memberikan motivasi dan dorongan-dorongan kepada sasaran untuk bertingkah laku motivatif (beramal sholih), Senantiasa memahami tiga faktor dasar yang membentuk suatu lingkaran motivasi, yaitu : kebutuhan, tingkah laku dan tujuan, Dan Seorang da’i dalam memilih materi juga harus di sesuaikan, demikian pula dalam menentukan metode harus memperhatikan kondisi psikis sasaran dakwah, agar bisa memberi motivasi dan dorongansehingga dengan demikian dapat memilihkan materi dakwah yanng sesuai dan menerapkan metode yang memenuhi harapan untuk menerima pesan-pesan dakwah. [4]
3.      Sugestif
Sugestif adalah memberi sugesti. Sugesti dapat di rumuskan sebagai suatu proses dimana seseorang menerima begitu saja suatu cara atau pedoman tingkah lakunya dari orang lain tanpa kritik terlebih dahulu. Juru dakwah sebagai pemberi sugesti mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk dapat memanfaatkan situasi-situasi dan menggunakan kondisi-kondisi yang tepat untuk menimbulkan sugesti massa agar pikiran, perasaan dan kehendak mereka bisa terpengaruh dengan keyakinan terhadap apa yang menjadi tujuan[5]. Sugestif akan mudah terjadi pada manusia suggestible, dalam keadaan :
  • Karena hambatan berpikir, baik oleh faktor-faktor fisiologis maupun psikologis.
  • Karena disosiasi (pikiran terpecah-pecah).
  • Karena otoritas dan pristise, pakar dan reputasi, kharisma dari sugestif sendiri.
  • Karena publik opini, mayoritas dan popularitas.
  • Karena will to be belive (ingin meyakinkan diri).
4.      Persuasif
Persuasif artinya to persude, to induce, to believe (membujuk, merayu, dan meyakinkan ). Persuasi adalah kegiatan psikologis, tujuannya untuk dapat mengubah sikap, pendapat, atau tingkah laku tanpa menggunakan ancaman, kekerasan, kekuasaan, penekanan, pemerasan, penyuapan, teror, intimidasi dan boikot tetapi dengan kesadaran, simpati dan sepenuh perasaan.Kebanyakan situasi komunikasi sudah mencakup persuasi, sebab seluruh situasi komunikasi harus mencakup upaya seseorang yang dengan sadar mengubah tingkah laku orang lain melalui penyampaian beberapa pesan.
Juru dakwah sebagai pemberi persuasi harus mampu berkomunikasi atau melakukan proses interaksi, interrelasi dan proses saling mempengaruhi. Dakwah merupakan kegiatan yang berusaha mempengaruhi manusia dari kondisi kejiwaan yang makruf menjadi lebih meningkat atau minimal bisa bertahan dalam kemakrufan, dan juga berupaya mempengaruhi tingkah laku dari kondisi mungkar menjadi makruf, da dari kondisi ragu menjadi mantap.
Persuasi dalam dakwah adalah seni dan ilmu tentang menghimbau secara ekstralogis untuk menjamin keputusan yang diinginkan dengan prinsip-prinsip argumentatif. [6]
·         Tujuan psikologi dakwah
Oleh karena psikologi dakwah mempedomani kegiatan dakwah, maka tujuan psikologi dakwah adalah : memberikan pandangan tentang mungkinnya dilakukan perubahan tingkah laku atau sikap mental psikologi sasaran dakwah / penerangan agama sesuai dengan pola kehidupan yang di kehendaki oleh ajaran agama yang didakwahkan oleh aparat dakwah atau penerangan agama itu.
Memberi gambaran tentang beberapa aspek psikologis  dan aspek dakwatologis manusia untuk juru dakwah, agar mereka mau membekali dirinya dengan kemampuan-kemampuan teoritis, bagaimana mengaktualisasikan metode-metode dakwah dan mengadaptasikan serta mengintregasikannya kea rah sasaran dakwah sesuai dengan situasi kejiwaan dan kondisi psikisnya.
Pengetahuan ini mengajak kita kepada usaha mendalami dan memahami segala tingkah laku manusia dalam lapangan hidupnya melalui latar belakang kehidupan psikologis. Tingkah laku manusia adalah merupakan gejala dari keadaan psikologis yang terlahirkan dalam rangka usaha memenuhi kebutuhn dan mencapai tujuan. Manusia memiliki akal dan nafsu, akal senantiasa mengajak ke arah jalan kebahagiaan dan sebaliknya nafsu selalu mengajak ke arah yang menyesatkan, melalui amar ma’ruf nahi mungkar kebahagiaan hidup di dunia maupun akhirat akan tercapai. Kesejajaran kebahagiaan hidup di dunia maupun akhirat itu lah tujuan hidup dan cita-cita sesungguhnya dari dakwah islam. [7]





























BAB III
Penutup
Kesimpulan

Pada hakikatnya psikologi dakwah sebagai ilmu pengetahuan bertugas mempelajari / membahas tentang gejala-gejala hidup kejiwaan, baik dari da’i maupun mad’u yang terlibat dalam proses kegiatan dakwah.Tugas psikologi dakwah adalah memberikan landasan dan pedoman kepada metodologi dakwah, karena metodologi baru dapat efektif dalam penerapan kerja bila mana didasarkan atas kebutuhan hidup manusia sebagaimana ditunjukkan kemungkinan pemuasnya efek psikologi.
Dengan memperhatikan faktor-faktor perkembangan psikologis beserta ciri-cirinya, maka pesan dakwah yang disampaikan oleh juru dakwah akan dapat meresap dan diterima dalam pribadi sasarannya dan kemudian diamalkannya kepada perasaan yang tulus tanpa adanya ganjalan karena hal tersebut dapat menyentuh dan memuaskan kehidupan rohaninya. Disinilah letak titik berat strategi-strategi dakwah yang sebenarnya yaitu menerima pesan dakwah dengan ikhlas sekaligus mempraktekkannya.
Tujuan psikologi dakwah adalah supaya Memberi gambaran tentang beberapa aspek psikologis  dan aspek dakwatologis manusia untuk juru dakwah, agar mereka mau membekali dirinya dengan kemampuan-kemampuan teoritis, bagaimana mengaktualisasikan metode-metode dakwah dan mengadaptasikan serta mengintregasikannya kea rah sasaran dakwah sesuai dengan situasi kejiwaan dan kondisi psikisnya.













DAFTAR PUSTAKA

Samsul Munir Amin , 2013. Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah
H.M. Arifin , 2004. Psikologi Dakwah suatu pengantar studi. Jakarta :  Bumi Aksara
Achmad Mubarok, 2001. Psikologi Dakwah. Jakarta : Pustaka firdaus
Jamaludin Kafie.1993. psikologi Dakwah. Surabaya: Indah




                                                                



[1] H.M.Arifin.2004. Psikologi Dakwah. Jakarta : Bumi Askara. Hl. 6
[2] Samsul munir amin. 2013. Ilmu dakwah. Jakarta: amzah hl. 212
[3][3] Jamaludin kafie.1993. psikologi dakwah. Surabaya. Indah. Hl. 72
[4] Samsul munir amin. 2013. Ilmu dakwah. Jakarta: amzah hl. 213

[5] Samsul munir amin. 2013. Ilmu dakwah. Jakarta: amzah hl. 213


[6] Samsul munir amin. 2013. Ilmu dakwah. Jakarta: amzah hl. 213
[7] H.M.Arifin.2004. Psikologi Dakwah. Jakarta : Bumi Askara. Hl. 5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar